LELAKI TAMPAN PEMBACA ALQURAN

Aku duduk disebuah beranda, sedang mengamati sekeliling dan berfikir tempat apa ini? sepertinya sebuah surau. Terletak ditengah tanah lapang, yang ditumbuhi banyak pepohonan ditepinya, serta hamparan rumput dan ilalang yang berebut tumbuh. Semak belukar tampak berbaris rapat membingkai halaman surau, semak itu ditumbuhi bunga kecil-kecil yang menyembul tak beraturan disela daunnya. Tidak cantik, tapi menyuguhkan harmonisasi alam yang natural.
Aku masih sibuk menerka-nerka dimana tempat ini, bahkan aku tak juga mengingat tempat apakah ini, dan entah mengapa aku bisa sampai disini. Semilir angin menerbangkan ujung jilbabku, aku terlena menikmati pesona, tempat yang teduh dan tenang.
Sayup-sayup terdengar suara lantunan ayat suci, aku penasaran, dan beranjak untuk mencari asal suara. Kulihat melalui jendela kedalam surau, ada sesosok lelaki sedang khusyuk membaca alquran di pangkuannya. Siapa dia? Aku terkesima mendengar suaranya. Sepertinya dia tidak menyadari kehadiranku didekatnya. Kupandangi wajahnya lekat-lekat, aku seperti pernah mengenalnya, tapi aku tak mengingatnya. Wajahnya yang bersih menampakkan kesalihanya, dagunya ditumbuhi jenggot yang dipotong rapi membuatnya terlihat makin tampan. Jemarinya dengan kuku yang bersih dan rapi tampak kokoh memegang Alquran. Lelaki yang memesona pikirku. Bacaan ayat suci yang dilantunkannya terdengar indah mengalun di telingaku. Serasa tak ingin berkedip aku memandanginya, dan semakin ingin tahu siapa dia. Tapi sedikitpun aku tak berani menegurnya, aku hanya terdiam, menikmati suara merdunya dan memandangi wajahnya. Menunggu siapa tau dia menyadari keberadaanku dan balas memandangku.
Hingga lelah aku menunggunya, tapi dia tak juga sadar akan kehadiranku didekatnya. Kakiku terasa pegal berdiri, kusandarkan kedua tanganku diatas jendela, dan kurebahkan kepalaku diatasnya. Yang penting aku tetap bisa memandanginya, lelaki tampan pembaca Alquran. Aku tersenyum senyum memandangnya, sambil mengkhayalkan andai lelaki itu kekasihku, oh indahnya…
Gedubraak!!!
Kayu jendela surau itu telah rapuh, dan patah karena menahan berat tubuhku, aku jatuh tengkurap daguku terantuk lantai, nyeri. Sepasang lengan mengangkat tubuhku, aku bingung sekaligus malu. Kuangkat wajahku untuk memandangnya, tak jelas, pandanganku buram. Aku meringis kesakitan.
“kok bisa sampai jatuh?” suara lelaki itu, sambil susah payah ia mengangkat tubuhku. Badanku terasa lemas.
Bruk!!
Dijatuhkanya aku, tapi kali ini di tempat yang empuk. Kasur, tempat tidur, lho? Kok dibawanya aku ke tempat tidur? Dengan sekuat tenaga aku berusaha bangun dan mendorongnya.
“hei.. kenapa?” tanyanya
Aku duduk, memandanginya, lelaki itu…lelaki pembaca Alquran itu..aku mengucek mata, agar bisa lebih jelas melihatnya. ya, lelaki pembaca Alquran itu dihadapanku, memandangiku dengan wajah yang masih terlihat tampan namun tampak kebingungan.
“kau…?!” teriakku, aku bingung hendak melanjutkan kalimatku
“ya…?” tanyanya kebingungan
“suamiku kan?” lanjutku lebih pelan, aku tiba-tiba malu dengan sikapku
Lelaki di depanku tertawa terbahak-bahak, wajahku memerah rasanya.
“kamu mimpi apa, sayang?” tanyanya lembut sembari duduk disampingku, dan mengelus punggungku. Aku diam saja dalam hati membenarkan ucapannya. Oh ternyata aku tadi mimpi, lelaki tampan pembaca Alquran dalam mimpiku kini nyata telah duduk disampingku. Dan lelaki itu adalah suamiku. Aku tertawa dalam hati.
“hei…!” suamiku menggoyang-goyang tubuhku, masih penasaran dengan mimpiku. Aku senyum-senyum saja melihat tingkahnya
“mimpi apa?” tanyanya
Aku meraihnya dalam pelukanku, dan mendekatkan wajahku ke wajahnya
“untung saja aku sudah menikahimu” bisikku
Wajahnya tampannya makin makin menggodaku untuk mencumbunya.

This entry was posted in Uncategorized and tagged . Bookmark the permalink.

Leave a comment